Wabah penyakit mengancam korban banjir di wilayah Filipina selatan
yang dibawa oleh topan Washi, Desember lalu. Departemen Kesehatan
Filipina, Selasa (3/1), mengatakan, sedikitnya delapan orang tewas
karena wabah yang menyebar melalui air ini.
Direktur dinas
kesehatan regional, Joselina Llacuna, mengatakan, institusinya mencatat
hampir 300 kasus penyakit leptospirosis terjadi di wilayah yang dilanda
banjir. Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri, yang
disebarkan oleh tikus yang terinfeksi lewat urine yang bercampur air di
wilayah beriklim tropis.”Daerah ini punya sejarah penyakit sama, yang menyebar di kawasan yang dilanda banjir. Sekarang rumah sakit pemerintah sudah penuh, jumlah pasien terlalu banyak,” ujar Llacuna.
Lima orang meninggal dunia karena penyakit tersebut di kota pelabuhan Cagayan de Oro. Juru bicara pemerintah kota Iligan City, Melvin Anggot, menambahkan, tiga orang lainnya meninggal di kota yang bertetangga dengan Cagayan de Oro di Filipina selatan itu.
”Dua orang tertular karena meminum air banjir, satu orang lainnya tertular karena berusaha menyelamatkan kedua orang itu dalam operasi penyelamatan,” ujar Anggot.
Pemerintah Filipina sebelumnya sudah memperingatkan soal kemungkinan merebaknya wabah leptospirosis, terutama di Iligan dan Cagayan de Oro. Kedua kota itu adalah wilayah terparah dilanda banjir yang dibawa oleh topan Washi.
Kepala Badan Penanggulangan Penyakit Menular David Mendoza mengatakan, sebenarnya jumlah obat
yang disiapkan cukup untuk mengatasi bencana tersebut. Namun, tidak banyak orang yang melakukan tindakan pencegahan sehingga penyakit menyebar luas.
Hujan deras yang dibawa oleh topan Washi menyebabkan sungai-sungai meluap. Banjir besar yang datang tiba-tiba menyapu habis perkampungan dan rumah-rumah yang dibangun di atas gosong pasir di wilayah sempadan sungai.
Kantor pertahanan sipil Filipina mengonfirmasi, sedikitnya 1.260 orang dinyatakan tewas karena bencana banjir itu. Sekitar 429.000 orang kehilangan tempat tinggal dan 37.300 orang masih berlindung di pusat pengungsian yang penuh sesak, dua pekan setelah bencana terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar